6 Alasan Kampungan Kenapa Para Dokter Turun Ke Jalan…..


1.Issh kampungan deh Dokter pakek demo segala kayak buruh pabrik aja…

He..he.he.bukan menghina buruh pabrik ya, daku hanya menyampaikan apa yang daku dengar.
Bisa jadi, mungkin profesi dokter itu ada dibawah buruh pabrik alias dimasukkan kedalam kasta Budak Jengkol, ‘not even close’ to Budak Berlian..he.he.he..

Buktinya diatas kertas, gaji para dokter masih dibawah UMR dan kalo kerja lembur sampai tengah malampun tidak ada uang lemburnya 🙂

Masih ingat nggak, waktu  heboh hebohan Kartu Jakarta Sehat pasien di RS membludak sampai lebih dari 100 orang lebih setiap harinya sehingga setiap dokter yang bertugas harus berjibaku.

Eh malah muncul komen dokter harus meluangkan waktunya minimal 15 menit yang berkualitas untuk setiap pasien.

Hm boleh juga sih tapi itu bakalan menghabiskan waktu 100 x 15 menit = 25 jam sehari untuk melakukannya, tau dong 1 hari itu 24 jam.
Apa bukan Budak Jengkol namanya ? ha.ha.ha..

Walau teman sejawat kecapean kerja dan keki, kita yang mendengar ngakak sinis sambil ngurut dada, kok ada sih Orang Besar yang tak punya perasaan gitu kalo ngomong, tapi tidak ada yang demo.

Yang ada cuman himbauan dari IDI untuk tetap tenang bekerja melayani masyarakat dengan sebaik baiknya, sayang daku gak simpan SMSnya.

2. Dibayar berapa sih para dokter ikutan demo ?

Wanni piro ??..he.he.he.
Sebenarnya sangat sulit mengumpulkan para dokter untuk bersatu hati dalam aksi besar seperti ini.
Biasanya para dokter adalah pribadi yang paling independent & logic, sulit diajak untuk demo, apalagi biasanya IDI selalu melarang anggotanya untuk melakukan demo dalam skala besar.

So aksi 27 November 2013 adalah KLB alias Kejadian Luar Biasa dalam sejarah republik ini, ribuan dokter turun kejalan untuk pertama kalinya, mulai dari  dokter umum, dokter spesialis sampai para profesorpun ikut turun ke jalan.

Bagi yang berpikiran positif akan merasa ‘it must be something wrong happened’ , bagi haters, Ih dokter sekarang nambah lebay eh, udah gitu rame rame lagi..ha.ha.ha..

Sehari sebelum hari H, daku masih menerima sms dari IDI Wilayah dimana daku menjadi anggotanya melarang anggotanya untuk turun kejalanan walau IDI Pusat sudah memberikan restunya.

Pasien pasien telpon pada kawatir “Praktek buka nggak Dok ? ikut Demo ?”
Nggak dong, daku tidak jadi turun kejalan dan praktek seperti biasa soale jas putih daku udah gak ada yang muat..ha.ha.ha., tapi daku menjalankan MOGOK MAKAN sehari.

Maksud daku setelah makan pagi terus mogok sampai jam 12 siang, lanjut daku lagi sampai jam 12 malam, sepulang praktek baru makan lagi.ha.ha.ha.

Jadi walau dilarangpun para dokter tetap turun kejalan, karena ada ketidak adilan semena mena yang mengancam profesi dokter di Indonesia.

Kalo cuman membela dokter kandungan Fransiska yang disiram kopi dan ditonjok oleh Om om nggak jelas (statusnya) yang mendampingi gadis usia belia gara gara ILFIL ditanya statusnya doangan, nggak akan kejadian deh walau kita semua turut prihatin.

Jika kebetulan si Om om  ikut membaca dongengan ini dan tersinggung dengan sebutan Om om, daku minta maaf yah, itu cuman mengutip omongan tetangga.  Sebetulnya daku juga ikut tersinggung sebab kita umurnya pantaran dan daku punya anak gadis yang umurnya hampir sama, so bisa dibayangkan jika kejadian yang sama terjadi.  Cuman bedanya daku bisa dengan bangga bilang ”  ai Papanya” tanpa perlu melakukan KDRT Kekerasan Diluar Rumah Tangga..ha.ha.ha.

Tapi karena dokter kandungan Ayu dihukum penjara oleh hakim MA gara gara dituduh lalai membiarkan pasien gawat darurat melahirkan yang kemudian dioperasi, isded karena Emboli Udara.

Alasan terakhir ini tidak bisa diterima, bahkan diketawain oleh Komunitas Kedokteran di seluruh dunia.

Seorang prens daku bercerita, papa temannya pergi ke Aussie untuk dioperasi bypass jantung oleh Dr Victor Chang yang sangat terkenal saat itu, mengalami stroke karena emboli udara pasca operasi, apakah doi bisa menuntut ? Tidak bisalah, karena itulah Resiko Medik yang walau sangat jarang terjadi, unpredictable tapi sering fatal.

Penyebab Emboli Udara itu apa saja? ini dia…
*Injections and Surgical Procedures
*Lung Trauma
*Scuba Diving
*Explosion and Blast Injuries
*Blowing air into the Vagina during oral sex

Buat yang penasaran pada point terakhir dan malu bertanya ini penjelasannya …
In rare instances, blowing air into the vagina during oral sex can cause an air embolism. In this case, the air embolism can occur if there is a tear or injury in the vagina or uterus. The risk is higher in pregnant women, who may have a tear in their placentae.

Hanya saja daku masih nggak mengerti kenapa perlu meniupkan udara kedalam
pegina saat dilakukan pemakai odol oral B ?..ha.ha.ha.. ada yang bisa
mencerahkan daku ? anyone ??..ha.ha.ha..kalo emak daku baca ini pasti komennya ” Makanya, apa kata mama, kipas angin tuh tidak boleh tarok sembarangan, bisa bahaya masuk angin !!!”..ha.ha.ha…

3. Issh, para dokter berdemo  berteriak mengasihani diri sendiri, kesian deh lo…
Dari sisi daku, aksi ini bukanlah minta dikasihani karena telah dizolimi apalagi curhat..
Aksi Solidaritas ini adalah ungkapan Keprihatinan, Kegelisahan sekaligus Kemarahan Kolektif dari para dokter di seluruh Indonesia atas alasan keputusan hukum MA yang sangat diragukan  kompetensinya alias dianggap nggak ngerti tentang prosedur medis.

Bagi kami, yang kompeten memutuskan kesalahan tindakan seorang dokter adalah MKDKI, ibaratnya inilah lembaga MAnya dunia kedokteran.

MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN INDONESIA (MKDKI) yang terdiri dari dokter, dokter gigi dan sarjana hukum adalah lembaga yang berwenang untuk :
1. Menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi.
2. Menetapkan sanksi disiplin.

Demo dokter, Tempo.co

foto pinjem dari Tempo.co

4. Tau nggak sih  71 % masyarakat tidak mendukung mogok para dokter menurut survey LSI hari ini ?

Sudah pastilah, karena kepentingannya terganggu, sebenarnya para dokter melakukan aksi ini tidak berharap adanya dukungan tetapi sekedar Pengertian dari masyarakat bahwa dalam sehari itu dokter tidak akan berpraktek seperti biasanya.

Biar jadi Budak Jengkol boleh dong meng exercise Haknya sebagai warga negara RI sekaligus memberikan dukungan moral kepada sejawatnya yang dianggap diperlakukan dengan semena mena.

Buruh boleh demo…..

Tapi dokter tidak boleh demo karena punya “tugas suci” dan Mulia sebagai Budak Jengkol ?
Ha..ha.ha…semua pekerjaan kalo dilakukan dengan hati yang tulus dan membawa kebaikan bagi orang banyak adalah tugas suci serta Mulia, eh kok kayak lagu hepibesdei ya jadinya..ha.ha.ha..

Karena dokter itu oleh sebagian besar masyarakat dianggap ” bukan kita orang” alias Golit, golongan elite, maka tak heran yang terdengar adalah cibiran sinis dan sejenisnya didunia internet, siaran berita.

Makanya nggak heran waktu ada berita dokter beranak disiram kopi oleh si Om om katanya karena doi main hape, kontan banyak yang bertepuk tangan dan beramai ramai mencaci maki kelakuan buruk sang dukun yang gila hape, belon lagi ngomentarin foto sang dokter perempuan itu jutek..ha.ha.ha..

foto milik detik.com

Kemudian ternyata ada versi sebaliknya sang dokter tak bersalah tetap saja ada yang cari cari alasan untuk  memberikan komen negatif..ha..ha.ha..
Apakah dikau  termasuk salah satunya ? ..ha.ha.ha..

Coba saja, berandai andai ya, dikau abis kena siram kopi panas lalu ditonjok terus di foto, pengen liat ekspresi muka dikau,  emang bisa nggak kayak gini ?..ha.ha.ha..

Alay Level 7

foto milik siapa sudah jelas kan 🙂

5. Issh para dokter itu egois hanya mikirin diri sendiri dan menelantarkan pasien ?

Terdengar di siaran berita, ada pasien yang terlantar di RS gara gara para dokter nggak berpraktek, padahal UGD/IGD tetap buka 24 jam dan pelayanan pasien rawat inap jalan terus, pasien tindakan operasi sudah diatur dengan baik.

Nampaknya sosialisasi kurang berjalan dengan baik, padahal pihak IDI sudah menghubungi semua media tentang aksi ini tapi nampaknya banyak juga masyarakat kita yang tidak mengikuti berita.

Terganggu so pastilah, sudah diusahakan seminimal mungkin, masih untung aksi ini dilakukan hari Rabu, dimana pasien tidak banyak biasanya apalagi ini akhir bulan.

Sesudah ini pasti ada banyak pihak akan mengintimidasi secara psikologis para Budak Jengkol dengan pernyataan akan menuntut ini dan menuntut itu sebagai ekses dari demo kemaren. Siapa itu ? Daku takut ah ntar daku kena tuntut lagi…ha.ha.ha. dikau ikutin aja beritanya  di koran dan tipi :).

Lha lebaran libur panjang aja semua pada baik baik saja tanpa dokter, nggak kedengaran beritanya tuh di tipi..ha.ha.ha..

Di Indo,  pasien bisa daftar ke dokter  minta diperiksa hari itu juga, kalo gak kebagian bisa marah marah..he.he.he.

Kalo di luar negeri kudu pake janji dulu, kalo emang merasa emergency datanglah ke ER, ngantri.

Seorang prens daku yang kena pembesaran prostat di Canada, beser melulu sepanjang hari, kudu menunggu sebulan lagi baru kebagian ketemu dan diperiksa dokter, walau doi merasa itu kondisi gawatdarurat, tapi di kacamata medis itu bukan Emergency alias dikau nggak akan isded karenanya, you have to queue like others, para dokter disana ogah periksa pasien seabrek abrek.

Kalo merasa terganggu malas bolak balik ke wese sepanjang hari, pake aja pampers, begitu katanya..ha.ha.ha..

6. Hakim MA bilang para dokter arogan berdemo memaksakan kehendak ?

Menurut tim hukum dari IDI, Dr Ayu dkk sudah dinyatakan bebas murni oleh Pengadilan Tinggi di Manado, harusnya proses hukumnya  sudah selesai. Tapi rupanya oleh Jaksa masih di Kasasi ke MA kemudian diputuskan bersalah.

Daku sih percaya hakim agung MA itu berintergitas tinggi dalam memutus perkara, masalahnya apakah MA sudah melibatkan MKDKI sebelum memutuskan perkara  karena ini bukan perkara hukum biasa kan ?

PK sudah diajukan semenjak berbulan-bulan yang lalu. Tetapi prosesnya  dinilai berbelit-belit  sampai sekarang.

Makanya pihak IDI mengajukan keberatan, dan minta Ayu dkk diubah menjadi tahanan kota saja tapi tak digubris, akhirnya terpaksa pake jurus pamungkas turun ke jalan supaya mendapat perhatian dari semua pihak yang tersangkut paut didalamnya.
Jadi siapa yang arogan ? 🙂

Pesan yang ingin disampaikan oleh keputusan MA :

Dokter adalah manusia biasa yang sama TIDAK KEBAL hukum, jikalau sembrono harus dihukum, dan ini adalah contoh kasus.

Setuju saja, tapi..

Pesan yang diterima oleh para dokter :
Dokter adalah manusia biasa, jangan bodoh mengambil resiko yang tak perlu dalam menolong seseorang yang nyawanya sedang dalam bahaya, not worth it, kalo berhasil paling ucapan terima kasih, kalo kenapa kenapa bisa masuk penjara sia sia, ini adalah contoh kasusnya.

Kami menganggap kasus Ayu ini bukan kasus Malpraktek karena doi sudah bekerja sesuai dengan protokol yang ditentukan oleh RS. Makanya pada nggak puas dengan keputusan MA yang berdasar hukum pidana alias KUHAP.

So, buat dikau sekalian penganut teori konstipasi eh konspirasi..ha.ha..ha.., dokter tidak merasa diri kebal hukum,  justru dokter perlu kepastian hukum untuk bisa bekerja dengan tenang.

Please deh jangan menggunakan cara berpikir ilmu hukum kedalam ilmu kedokteran.

Jika ada pasien gawat darurat :

Di dunia hukum, paper works dulu baru tindakan, kalo di dunia kami, bertindak dulu menyelamatkan nyawa, baru paper works, kalo anda yang jadi dokter apa terjadi sekirenya ?

Dokter bukan Tuhan, nggak pula Superman, apalagi Batman, tapi hanyalah  buruh jengkol bernama Suparman yang mencoba  melakukan yang terbaik bagi pasiennya…

Daku sering ditanya pasien, “pasti sembuh nggak nih Dok ?”
“Maap, yang bisa kasih sembuh itu Tuhan, daku hanya menolong sebisanya, makanya berdoa ya”

“Tapi Ai percaya Dokter itu sama dengan Tuhan !”
“Hm, maap, dikau mau minta gretongan yah ? ” wakakakak

“Kalo Ai nggak percaya sama Tuhan ?”
“Well, kalo nggak sembuh dan mati ntar dikau masuk neraka”..ha.ha.ha..

Tuhan “Thou Great Physician” selalu menjadi sandaran daku sejak kuliah sampai lulus dan berpraktek sampai kini, tempat dimana daku membawa kedalam doa supaya diberikan Skill to my hands, Clear vision to my mind, Kindness and Sympathy to my heart supaya bisa membantu meringankan sedikit penderitaan sesama manusia.

Ada yang muntah muntah bacanya ?..ha.ha.ha.tetapi demikianlah adanya, daku percaya bahwa Tuhan adalah sumber dari segala kebaikan dan karunia, jadi perkataan Dokter itu bukan Tuhan itu merendahkan martabat  Tuhan.

Dan dokter tidak perlu mendoakan orang pada sakit ya supaya praktek jadi rame, karena sudah kodratnya manusia dalam hidupnya akan mengalami sakit dan penyakit, ibaratnya mobil kijang tua setelah 10 tahun ngadat melulu keluar masuk bengkel.

Eh ini cuman perumpamaan aja, daku tidak akan mengomentari guyonan  “Dokter lebih enak dan lebih mudah dibandingkan montir” ya, ntar kalo kedengaran sama montir di bengkel langganan daku bisa berabe nanti ” Kalo pak dok merasa pekerjaan montir lebih gampang, betulin aja sendiri, gak usah kemari !!!” ha.ha.ha…

So, jika ada diantara dikau sekalian yang mengira  dokter demo membela koleganya, maka dikau salah besar.

Justru para dokter membela kepentingan pasien di masa mendatang, sebab jika dokter sudah bekerja sesuai prosedur masih dipersalahkan, dikemudian hari dokter akan play save saja, dan pasien yang akan dirugikan.

Suatu hari nanti dikau mengalami kecelakaan dijalan, kepala bocor dan perdarahan otak, digotong ke UGD dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Jika tidak dioperasi segera pasti isded, kalo dioperasi mungkin hidup mungkin mati, kalo hidup  mungkin normal 100 % mungkin juga ada cacat,  tak ada orang yang bisa tanda tangan persetujuan Informed Consent.

Dikau mau dokter mengoperasi dikau, atau membiarkan dikau isded saja ???

Tentu mau hidup kan ?

Tapi apakah dokter BERANI mengoperasi dikau setelah kejadian yang terjadi pada Dr Ayu dkk ? Ntar kalo dikau ternyata hidup tapi ada cacat ntar menuntut lagi kenapa nggak kasih tau dulu resikonya ?

Atau setelah dioperasi dikau tetap nggak ketolongan , tau tau keluarga dikau kemudian menuntut gimana ?

Jadi mending dokter tunggu saja sampai polisi menemukan keluarga dikau untuk tiba di RS untuk dijelaskan prosedur untung rugi dan resikonya lalu tanda tangan  supaya dokter aman ?

Walau itu artinya dikau mungkin keburu sudah bertemu dengan Tuhan Yang Maha Esa yang maha pengasih dan penyayang ?

Jika hubungan  atas dasar kepercayaan dan itikad baik ini pada akhirnya berubah menjadi hubungan hitam atas putih berdasarkan hukum semata, Humanity mendapat cobaan yang sangat besar.

UPDATED : Jumat, 7 Februari 2014 Dr Ayu dkk dinyatakan tidak bersalah.

”PK dikabulkan dengan menyatakan bahwa membatalkan putusan judex facti dan putusannya sama seperti putusan pada peradilan tingkat pertama,” ujar Kepala Biro Hukum dan Humas MA Ridwan Mansyur saat dihubungi, Jumat, 7 Februari 2014. Pada peradilan tingkat pertama, Pengadilan Negeri Manado membebaskan dokter Dewa Ayu Sasiari Prawani.

sumber : Tempo.co

271 responses to “6 Alasan Kampungan Kenapa Para Dokter Turun Ke Jalan…..

  1. Haduhhh….bahasanya gahoolll abis.bikin pusing bacanya.LOL,sorry.tp sebagai Apoteker dan sesama tenaga kesehatan berusaha memahami dan belajar dari kejadian ini supaya ga terulang lagi di kemudian hari

  2. Wow… semakin dicerahkan dari sudut pandang dokter. Pd dasarnya,berdasarkan tulisan ini aku tdk setuju dgn putusan MA trhadap kasus dr.Ayu, toh semua sdh sesuai SOP kan.

    Tp mogok kerja dokter jg bkn pilihan terbaik menurutku dan kukutip sedikit ya:

    “Dokter bukan Tuhan, nggak pula
    Superman, apalagi Batman, tapi hanyalah
    buruh jengkol Suparman he..he.he..yang
    mencoba melakukan yang terbaik bagi
    pasiennya…”

    Berdasar info putusan MA yg ku baca (kalau salah mohon dikoreksi ya) bhw pasien si dr.Ayu yg meninggal itu jelas sdh melakukan kontak dgn puskes sjk jam 24.00 dan jam 4.00 dicek bidan lalu jam 7.00 dirujuk ke RS tp jam 17.30 baru diputuskan akan dioperasi di RS lalu jam 20.00 mulai pembiusan. aku sangat tdk mengerti masalah proses persalinan, pertanyaan ku kenapa lama sekali proses ini? dan inikah yg TERBAIK yg bs dilakukan dokter utk pasien rujukan? kalau semua baik2 saja sdh pasti itu pasien tidak bakal dirujuk ke RS. jd dokter penulis ini mohon jelaskan spy pikiran ku yg kurang pengetahuan ini dicerahkan. terima kasih.

    • Sepengetahuan daku waktu masuk di RS itu masih diobservasi untuk partus normal, belakangan baru timbul indikasi untuk operasi segera. Kadang keluarga menganggap pasien diterlantarkan, dicuekin, padahal sebenarnya dalam observasi, dan ibu dalam proses persalinan itu nggak boleh dikit dikit “dicolok” hanya untuk mengetahui majunya persalinan, ada waktu waktunya.

  3. Penjelasannya ok bgt….awalnya saya termasuk pihak yg tidak setuju (bahkan mencibir, hehe) dgn mogoknya para dokter..tapi setelah melihat tayangan hitamputih ditambah dengan penjelasan ini saya jadi paham dan mengerti. Ternyata media mmg sangat berat sebelah ya pemberitaannya. Sangat tidak berimbang. Banyak hal2 yang tidak diungkapkan. Pantas saja banyak org yang mencibir dokter2 melakukan aksi turun ke jalan…(termasuk saya)hehehe… Ayo semangat ya para dokter!

    • He.he..he..senang dikau akhirnya mengerti situasi realnya Leonie. dokter turun kejalan tuh bukan minta kebal hukum tetapi hukum yang adil 🙂

  4. memang yg salah adalah peraturan yg ad, dr doktr jg hrs ada SOP yg betul serta tertulis baik itu berkaitan dgn pasien darurat maupun tdk…., semua harus jelas…tidak hanya berdasarkan “lembar petsetujuan” saja, karena kadang2 pihak rumkit meminta persetujuan pasien jg tdk didampingi oleh dokter yg berwenang…,sehingga yg ada “silahkan dibaca sebaik2nya bila ada yg kurang jelas silahkan nanti bertanya kepad dokter yg berwenang” sedangkan dokter yg berwenang hadir beberapa menit ketika operasi akan dilakukan, mudah2an segera ada jalan keluar yg baik, apapun hasil PK mudah2an itu hasil yg terbaik agar supaya masing2 bisa introspeksi diri dan menerima dengan ikhlas dan sesuai jalur yg ad, karena apapun itu pasti semua atas seijin Tuhan…dan apabila demo dokter terus2an dilakukan takutnya ada mosi tdk percaya dr masyarakat yg memang MUNGKIN banyak yg belum tau dan msh lbh percaya pada media sehingga takutnya akan ada reaksi anarki yg jusrtru akan merugikan lebih banyak pihak terutama bidang medis….,semoga segera ad penyelesaian….InsyaAllah

    • Belum turun ke jalan aja sudah banyak diancam kanan kiri.he.he.he..orang shok karena gak yakin para dokter beneran turun kejalan, sebab biasanya paling cueks..ha.ha.ha.

  5. Mgkn yg awalnya hrs dibenahi adalah pendidikan,jgn asal skolah,apalagi ga skolah,shg bs bijak dlm hidup,ga asal ikut2an mencela pdhl ga ngerti jelas prmasalahannya,emang sih menurut saya lbh mending bodoh skalian jadi org drpd stgh2 bodoh (itu yg suka nya asabun alias asal bunyi doang) haaahaa.. Liat aja ϑĭ indonesia,apa aja yg gratis dimanfaatkan,makanya ga heran d rg prtn pasien kls 3,dg jaminan kesehatan utk masyarakat tdk mampu malah srg trjd kecurian,kalo emng beneran ga mampu,kok msi bs lapor kecurian kalung emas,gadget dll?coba kalo d luar negri,malah pada malu dpt gratisan dr pemerintah bgt,kalo ga krn trpaksa..

    • Yang sangat menyedihkan hidup diperkotaan adalah terkikisnya nilai kejujuran, banyak yang bilang sulit cari kerja, pahadal ada banyak pekerjaan diluar sana, hanya dibutuhkan “Kejujuran dan Kerajinan” sebagai modal utama, yang ada sekarang “Keserakahan dan Mau gampangnya aja” 🙂

  6. ADIL KALAU MENURUT SUDUT PANDANG MASING MASING TIDAK AKAN SELESAI , JADI MARI KITA MENCARI KEADILAN PADA SESUATU YANG TIDAK AKAN PERNAH BERUBAH SAMPAI AKHIR ZAMAN

  7. Iya,tp saya rasa skrg bkn hny d kota,tp d desa jg mulai bgt..sbenernya,kita smua pasti bth uang utk hidup,tp apapun pekerjaan kita,coba lakukan dg sgenap hati,jgn hny uang orientasi nya,percaya aja Tuhan yg akan memberkati..

  8. 6 ulasan kampungan….:
    1.dr.Ayu adalah korban dari sistem kampungan.
    2. Banyak muncul komentar kampungan
    3. Pola pikir kampungan menjadikan akar kasus ini nggak jelas.. malpraktek … ? pemalsuan tt …? pembiaran….?
    4. Sekarang muncul pakar2 kampungan yg sok tahu hukum & prosedur medis
    5. Yang kampungan itu banyak tinggal di kota besar…kampung melayu, kampung pulo, kampung rambutan dll
    6. Akhirnya kita tahu ulan ini kampungan

  9. Masyarakat perlu dimelekkan dengan resiko2 yang tidak dapat terprediiksi seperti kasus ini….mungkin dengan ceramah, kadang mereka itu maunya cepet…beress…kan tidak semudah itu di bidang kedokteran….banyak pertimbangan medis demi keselamatan pasien …hidup dokter Indonesia ….

    • Tingkat pendidikan juga sangat menentukan, semoga dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dimasa mendatang akan lebih membaik, eh kadang malah makin senewen lho..ha.haha..

  10. Terima kasih tulisannya :), saya udah berulang ulang baca ini hehehe niat banget ya…setiap saya kesel dengan berita atau debat yg gak berimbang saya pasti baca ini lagi… buat senyum lagi :), btw kasian banget dr nurdadi td malam pas debat di tv one td malam, kayak lelah banget..,karena udah diberi penjelasan ga ngerti ngerti juga, mungkin perlu penjelasan pake bahasa gaul dan tanpa EYD juga kali…:)

    • Memang susah ya mau dikasih pengertian jika di kepala seseorang sudah punya asumsi mati apalagi menganut teori konstipasi, keras..ha.haha..

  11. Terima kasih sudah share dari sisi dokter.
    Hanya saja saya berpendapat: mestinya ada cara yang lebih baik lagi untuk mengungkapkan keprihatinan profesi. caranya.? silahkan cari sendiri.. profesi ini dibanjiri orang2 berintelejensi tinggi (kecuali yg dapet lulus tapi nembak).. so.. ada cara yang lebih baik kan.?

    • Semoga PK berjalan dengan seadil adilnya, salah kaprahnya orang kira para dokter minta Ayu dkk kebal hukum, padahal kita menganggapnya itu bukan fair trial 🙂

    • Mungkin lebih mudah sebaliknya ya Try, dokter yang belajar hukum lebih mudah dilakukan, dan memang ada mata kuliahnya di Forensik, hanya saja sekarang perlu lebih mendalam lagi belajar supaya bisa nyaman bekerja dikemudian hari.

  12. welcome defensive medicine..jawaban atas sgala hujatan thdp kita

    Andai masyarakat tahu apa yg ada di hati kita yah.. jujur saat itu dilematis bgt..
    Secara, naluri dokter itu kan menolong yah.. mo ikut mogok pun mikir berkali2 krn kasian sm pasien2 di puskes

    • Ya itulah dilemma jadi seorang dokter, kalo pasien tak boleh ditinggal sama sekali, maka kita jadi Budak Jengkol seumur hidup nggak usah ngapa ngapin yang bermakna 🙂

  13. nanya 1 aja.. kalau dokter tidak bersalah tapi dihukum maka dokter demo.. kalau dokter bersalah tapi tidak dihukum dokter demo juga ga ??

    • Bukan itu fokusnya Kurnia, perumpamaan gini deh, ada orang kecelakaan dijalan tak ada orang lain disitu, lalu dikau mengangkatnya ke RS kemudian orang itu mati, dan dikau ditangkap dan dijebloskan ke penjara dengan alasan, karena perbuatan dikau mengangkat orang itu. Nah aksi ini ingin menyampaikan pesan bahwa, jangan salahin Kurnia dong, kalo gini caranya kalo ada yang kecelakaan lalulintas mending dibiarin, ngapain cari penyakit, ntar malah jadi tersangka, kira kira begitulah, walau nggak persis analoginya 🙂

      • He..he.he.dikau sudah seperti orang hukum saja soal Ya dan Tidak, kembali ke fokus kalo saja putusan MA tidak menyertakan point karena tindakan operasi seksio menyebabkan Emboli udara yang menyebabkan kematian pasien, maka aksi besar besaran ini tidak akan terjadi.

      • Bersalah itu klo ga ikut prosedur standar… klo dokter tdk mengikuti standar yg berlaku dan hasilnya ada kecacatan atau bahkan kematian akan dihukum jg kok… tp yg ada di pikiran kurnia pasti slama ini ga ada dokter yg dihukum kan? Makanya berani banget nuduh kami tutup mata…jangan asal maen tuduh klo kurnia blm mencari datanya dr majelis kehormatan profesi kami.. coba cari info lebih banyak lg sebelum menghakimi… tmn2 kami demo (well sy ga ikutan emang) karena dr.Ayu dihukum walau sdh sesuai standar operasional..

        Dan 1 lg.. kasus ttg guru yg sy sebut memang ga mencabut nyawa, tp mrekalah yg menanam bibit ketidakjujuran pd murid, efeknya jangka panjang jg kan? Ga heran klo koruptor makin banyak, lha wong gurunya ngajarin ga jujur.. see?

      • Oke.. Jadi pak eddy bisa jamin bahwa semua dokter yg melakukan kesalahan fatal pasti dihukum / dicabut izinnya Dan tidak ada satupun yang lolos ?

      • Ha..ha.ha…siapalah daku ini Kurnia, kita doakan saja semoga sistim yang dibangun demi mengontro dan meningkatkan pelayanan medis yang dilakukan oleh dokter bisa berjalan dengan baik 🙂

      • @singwa saya tidak nuduh atau menghakimi.. Justru saya Bertanya, kalau yang terjadi sebaliknya, ada rekan dokter yg bersalah tapi tidak dihukum maka para dokter akan demo besar2an juga tidak ? Kalau iya ya tinggal bilang ya, kalau ngga ya tinggal jawab tidak 😉

    • Pertanyaan itu bunyinya sama kaya:
      Klo guru penjaga ujian ngasi kesempatan ke siswa u/ menyontek atau bahkan ngasi jawaban ke siswa dan beliau tidak dihukum, apakah para guru berdemo?
      Aq rasa kurnia bs jawab sendiri pertanyaan itu.. 🙂

      • tidak sama.. karena saya belum pernah dengar guru menghilangkan nyawa seseorang atau guru berdemo karena dihukum akibat menghilangkan nyawa orang.. =D karena tidak dijawab / jawabannya tidak sesuai dgn pertanyaan.. saya coba simpulkan sendiri ya.. kalau dokter merasa rekannya yang tidak bersalah dihukum dokter2 akan ramai2 demo, TAPI sebaliknya bila ada rekannya yang bersalah namun tidak dihukum dokter2 akan ramai2 tutup mata (“yes! ga ketahuan”) begitu ? CMIIW

      • Kita samakan dulu, terminologinya, Bersalah seperti apa ? apakah pasiennya meninggal ?dihukum menurut dikau itu seperti apa ? dicabut ijin prakteknya, disekolahkan lagi, atau masuk penjara ? dan dalam hal ini kompeten menghukum dokter yang bersalah itu adalah MKDKI atau Pengadilan, atau Masyarakat ?

      • uhm detailnya saya ngga gitu ngerti sih.. gimana kalau untuk 2 kasus : pertama terminologi menurut mas / pak eddyjp; kedua : bersalah melakukan malpraktek (meninggal maupun tidak), melanggar etika kedokteran, melanggar undang2 Indonesia, dihukum sesuai undang2 Indonesia, yang menghukum adalah pengadilan / sesuai undang2 Indonesia.

      • Maksudnya singwa itu membandingkan kasus sesuai profesi yaa..
        bukan bilang guru mencabut nyawa..

        Gw yg masi SMA aja paham bener koq yg die maksud

      • He..he.he..biar nggak ribet gini yah, kalo ada sejawat daku melakukan kesalahan yang fatal dan nggak dihukum oleh pengadilan negeri, katakanlah, kalo doi udah lewat MKDKI pasti kena hukuman, dicabut ijin prakteknya. Ini urusan ybs dengan MKDKI dan Pengadilan. Yang didemo oleh para dokter itu adalah Keputusan Pengadilan yang membawa preseden buruk dimasa mendatang karena alasannya nggak masuk akal, seandainya doi dihukum karena terbukti bersalah tidak bekerja sesuai prosedur dan sudah melibatkan MKDKI nggak mungkin ada demo. Nangkep ? 🙂

      • Oke.. Jadi pak eddy bisa jamin bahwa semua dokter yg melakukan kesalahan fatal pasti dihukum / dicabut izinnya Dan tidak ada satupun yang lolos ?

  14. Rada2 alay juga nih bahasanya. Kapan lagi kita punya dokter alay. Kebanyakan nonton inbox ya? Ckck. Becanda bos.

    Thank u buat sharingannya. Semoga kejadian ini ga berulang lagi. Dan semoga dr. Ayu cs mendapat keadilan yg jelas dan adil seadil adilnya

  15. Hehe, walaupun panjang, tapi benar-benar pemikiran yang sangat logis, mewakili apa yang ada di dalam benak saya. salam kenal TS…

  16. Mungkin akhirnya pasien hanya bisa pasrah.. terserah dokternya aja.. takut dokternya ngambek, ntar demo lagi.. memang sudah nasib pasien bergantung dengan dokter.. kalo dokter ngambek, pasien malah gak ke urus.. ya nasib…

    • Itu jaman baheula Rama, sekarang jaman terbalik, dokter malah jadi takut sama pasien, kalo keputusan MA nggak diperbaharui, nantinya dokter akan pikir seribu kali sebelum melakukan tindakan yang beresiko, ngapain cari penyakit, simplenya begitu.

  17. Bagaimana dgn dokter yg terima suap dari perusahaan farmasi, apakah mereka pantas diciduk KPK, apakah itu wajar, halal atau haram?

  18. Terlepas dari bersalah atau tidaknya dr. Ayu, saya tidak tahu persis, bahkan saya yakin Anda pun tidak tahu persis, MA tidak tahu persis, IDI, MKEK dll tidak ada yg tahu pasti, hanya dr. Ayu dkk dan Tuhanlah yg tahu apakah mereka benar atau tidak.
    Daripada ributkan yg belum tentu benar tp sudah merasa paling benar, membela yg belum tentu benar hanya bagi orang galau …ya kalau bener2 bener, kalau ternyata salah … yg salah jadi pahlawan, apa jadinya negara kita ini
    sebagai buruh saja saya tidak suka berdemo, bukan karena gaji saya tidak UMR lagi, tp menurut saya demo yg merugikan pihak lain adalah demo yg tidak benar!
    coba lihat demo buruh yg mensweeping karyawan pabrik lain yg sebenernya tidak ingin ikut demo, apa ga ngerugiin tuh
    sama halnya demo dokter, selama ga ngerugiin masyarakat saya setuju, tp demo kemarin sdh menciderai profesi kedokteran itu sendiri, merendahkan profesi dokter sendiri, merugikan banyak pihak, terutama masyarakat yg HARUSnya dilindungi dan ditolong oleh dokter.
    Semua orang sekarang merasa paling benar sendiri, termasuk Anda dan saya, tp saya rasa yg paling benar hanya milik Tuhan.
    Jadi apakah dokter Ayu ‘benar’ atau tidak saya tidak tahu. Yang jelas saya tidak akan membela yang saya tidak tahu, saya akan membela Tuhan saja. GBU

    • Daku setuju bahwa tidak ada yang tau persisnya seperti apa, tapi semua tahu bahwa keputusan MA yang mencantumkan “emboli udara adalah akibat kesalahan operasi seorang dokter, kebetulan dr Ayu, sehingga doi bersalah” Jelas ini tidak benar, dan ini dianggap nggak masuk akal, coba saja hakim MA tidak mencantumkan kesalahan fatal yang bisa berimplikasi luas terhadap setiap tindakan medis yang akan dilakukan dimasa mendatang, tidak bakalan ada yang mau ikut demo. So yang diperjuangkan itu bukan orang, dalam hal ini dr Ayu, doi hanya ikutannya saja.

    • Nampaknya itulah pilihan para sejawat daku, mau disalahkan silahka, tetapi seandainya sistim hukum kita mempunyai wibawa yang baik, rasanya pilihan ini tidak akan terjadi, itu kan.
      Jadi bedanya dengan demo buruh dan budak jengkol adalah buruh memperjuangkan kehidupan yang lebih baik, budak jengkol memperjuangkan kepastian hukum, itu menurut daku pribadi ya 🙂

  19. Jadilah dokter yg tdk ikut2an, punya prinsip sendiri, sistem yg salah tdk hanya pada sistem hukum semata, tp sistem pelayanan medis jg belum baik …
    So percuma menyalahkan yg lain, introspeksi, elus dada .,.

    • Jangan lupa, bahwa dokter yang bekerja di RS itu dibatasi oleh policy RS, orang tak bisa menerima hal ini dan menganggap dokter itu yang punya RS. Dalam urusan mengkritisi alasan keputusan MA, semua bergerak bukan karena ikut ikutan, even IDI takkkan bisa sanggup menggerakkan anggotanya jika mereka tidak merasa ini sesuatu yang sangat urgent untuk dilakukan walaupun di ancam 🙂

  20. Banyak dokter yg Menjadi dokter di daerah terpencil, begitu mulia pengorbanannya, sy yakin hubungan batin mereka dgn pasien jauh lbh baik ketimbang dokter2 di kota yg hanya punya waktu 10 bahkan 5 menit saja krn byknya antrian
    Mudah2an semua dokter yg merasa tidak benar di indonesia ini tergerak hatinya utk mendemo diri mereka sendiri utk tidak lg money oriented, tp lbh ke menolong sesama …
    Saya yakin banyak dokter yg berhati mulia seperti Anda …
    Buatlah tulisan yg menyemangati mereka jg, tidak peduli dgn carut marutnya sistem hukum kita, selama kita benar tidak perlu takut
    Orang benar tidak selalu bernasib baik … peace

    • Daku yakin banyak sejawat yang bekerja dengan nurani dan punya hubungan yang baik dengan pasiennya, jika ada yang bermasalah biasanya mencuat kemudian digeneralisasi, daku sendiri sering diprotes oleh pasien karena periksa pasiennya “kelamaan” karena mereka harus nunggu lama..ha.ha.ha..kontradiktif ya 🙂

  21. Coba kalau dokter menempatkan diri jd pasien, atau punya anak yg sakit panas kejang2, sememtara di kotanya cm ada satu poliklinik yg hari itu tutup krn dokternya demo ….

    • Kalo di kota kecil kemungkinan begitu, dan di RS ada unit gawat daruratnya. Lain kalo di kampung, itu juga kalo hari Minggu nggak ada dokter, kejadian sama terus gimana ? masih ada perawat yang sudah tau begimana menangani pasien seperti itu. apalagi sekarang bisa dokternya bisa dihubungin lewat hape.
      Tapi jika benar di kota itu cuman ada 1 dokter, kemungkinan besar dokternya gak bakalan ikutan demo, mau kemana demonya 🙂 perhatikan demo hanya ada di kota besar.

      Daku cuman mau bilang ini aksi bukan asal asalan tapi sudah dipersiapkan.

    • Kalo detailnya nanti biar MKDKI dan MA yang memutuskan, kita tunggu saja, hanya sebab Emboli Udara kudu di tarik karena memang salah yah, bukan pula maksud ingin mempermalukan MA, ini kan soal tehnis mungkin hakimnya kurang informasi.

  22. Anda kok bisa yakin demo ini sdh dipersiapkan matang dan tdk ada side efek …
    Knp mkek tdk fokus pd penanganan yg lama pd korban padahal dr rujukan puskemas sdh kondisi lemah
    Pernah ga pikirkan kalau mereka adalah keluarga anda (Fransiska) bgmn perasaan anda sementara semua dokter mengutuk keluarga anda padahal anaknya telah meninggal

    • Berbeda pendapat itu normal ya, coba baca deh soal Emboli Udara dan penyebabnya, apakah disebabkan oleh keteledoran dokter atau memang nggak bisa diprediksi.

    • Wah sayang kalo dikau cuman setuju dengan Judulnya tapi tak mengerti esensi dongengan ya percuma, karena judulnya daku bikin suka suka aja alias tak ada kaitannya 🙂

  23. Aku baru baca ini Ed, bagus dan jelas tulisannya. Pembaca dituntun per poin dari sudut pandang dokter. Walaupun ngga ngerti jelas prosedurnya tentang kasus malpraktek di Indonesia, tapi menurut aku sih dr Ayu ngga salah. Lung emboli kan bisa terjadi tanpa diduga. Sayangnya memang masyarakat menganggap dokter seperti Tuhan yang bisa fix/menyembuhkan penyakit.

    O ya, FYI serikat dokter di Belanda ngga segan mengeluarkan sangsi atau menghukum anggotanya yang malpraktek seperti: ahli bedah yang ketinggalan instrumen operasi diperut pasien atau dokter yang salah diagnosa pasien tanpa mengikuti protokol medis.

    Menarik ikut kasus ini & aku dukung dokter Indonesia. Salam.

    • Thanks Lorraine, kalo kesalahan sudah sangat jelas seperti yang dikau contohkan, tak mungkin para koleganya buta mata membela sejawatnya 🙂 di salah satu acara diskusi ILC di tv One, jelas disebut oleh Jaksa, bahwa mereka menggunakan KUHAP karena tidak menemukan pasal di UU Praktek Kedokteran untuk menghukum penjara dr Ayu dkk.

  24. Kalau orang-orang dekade sebelum ini, melahirkan itu niatnya adalah perang sabilillah, banyak yang mati dalam melahirkan dan kalau ridlo ibu yang mati melahirkan itu akan masuk surga, tapi sekarang kematian dalam melahirkan persentasinya berkurang karena majunya dunia kedokteran / medis, malah sekarang keluarga yang hidup bisa menyalahkan dan memenjarakan dokter yang menolong kelahiran, tapi ya keluarga dan ibu yang mati tidak berniat perang sabilillah jadi ya kemungkinan besar masu neraka.

    • Daku setuju bahwa melahirkan adalah seperti menyabung nyawa antara hidup dan mati, sebuah perjuangan yang mulia untuk meneruskan keturunan didunia ini, selebihnya daku nggak bisa komen lebih jauh 🙂

  25. Ed, sudah inflasi dolter barangkali, saingan tidak sehat terjadi.Butuh peraturan baru tidak hanya protes se-eanknya

    • Ini nggak ada hubungannya dengan banyak dokter, tante Ely tapi keputusan MA yang dianggap tidak mengerti prosedural dan resiko tindakan medis 🙂

Leave a comment